Budaya dan Kesadaran Pendidikan pada Masyarakat Batak: Analisis Wacana Kritis Perspektif Norman Fairclough

  • Lova Daniel Simatupang Gadjah Mada University
Keywords: analisis wacana kritis, Identitas Kultural, Media

Abstract

Penelitian ini mengkaji hubungan antara budaya dan kesadaran pendidikan pada masyarakat Batak menggunakan pendekatan Analisis Wacana Kritis (AWK) Norman Fairclough. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, suku Batak menempati posisi teratas sebagai pencetak sarjana terbanyak di Indonesia dengan persentase 18,02%. Fenomena ini dianalisis melalui tiga dimensi AWK: tekstual, praktik wacana, dan sosiokultural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai budaya seperti hagabeon (aspirasi memiliki keturunan yang berpendidikan), hamoraon (pencapaian kesejahteraan ekonomi), dan hasangapon (status sosial dan kehormatan) menjadi faktor pendorong utama kesadaran pendidikan di kalangan masyarakat Batak. Selain itu, filosofi hidup Anakkon hi do hamoraon di au (anakku adalah kekayaanku) dan sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu menciptakan jaringan dukungan sosial yang memfasilitasi akses pendidikan. Analisis pemberitaan media tentang fenomena ini mengungkapkan bahwa pendidikan tidak hanya dipandang sebagai sarana mobilitas ekonomi, tetapi juga sebagai simbol kehormatan dan identitas kultural yang fundamental bagi masyarakat Batak.

References

Buku :
Eriyanto, T. (2015). Analisis wacana: Pengantar analisis teks media (Revisi ed.). Yogyakarta: LKiS.
Fairclough, N. (2013). Critical discourse analysis: The critical study of language (2nd ed.). London: Routledge.
Jurnal :
Harun, H., Alam, A. M., & Jufri, J. (2024). Analisis Wacana Kritis pada Pidato Presiden Tahun 2022: Model Norman Fairclough. Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra, 10(1), 169-181.
Rozi, F. (2016). Pemberitaan klaim Malaysia atas tortor dan gordang sambilan di harian waspada dalam kajian analisis wacana kritis. Jurnal Komunika Islamika, 3(3), 46-63.
Samsuri, R., Purnomo, A., & Kusumawati, N. (2022). Struktur teks, praktik wacana, dan praktik sosiokultural terhadap penggunaan istilah COVID-19 pada berita online. Jurnal Komunikasi dan Kajian Media, 5(2), 87–104.
Simanungkalit, K. E., Shaddono, K., & Rohmadi, M. (2024). Nilai Budaya dalam Cerita Rakyat “Sigalegale” dari Tapanuli Utara: Analisis Wacana Kritis Model Fairclough. Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, dan Sastra, 10(4), 4244-4260.
Simatupang, L. D. Sulistyowati (2025). Makna kultural Umpasa pada upacara pernikahan Batak Toba di Samarinda. Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya, 9(1), 109-122.
Situmorang, P. (2017). Dalihan Na Tolu: Kekerabatan dan solidaritas dalam masyarakat Batak. Jurnal Budaya Nusantara, 3(1), 15–27.
Laman:
Badan Pusat Statistik. (2024). Statistik pendidikan tinggi menurut suku bangsa. Jakarta: BPS.
Harian Jogja. (2024, 10 April). Suku Batak jadi sarjana terbanyak di Indonesia. Harian Jogja.
Kompas.com. (2024, 12 April). Suku Batak paling banyak raih gelar sarjana, mahasiswa: pendidikan bisa ubah nasib. Kompas.com.
BBC News Indonesia. (2024, 15 April). BPS: Suku Batak dan Minangkabau pencetak sarjana terbanyak di Indonesia, mengapa Jawa terendah? BBC News Indonesia.
Published
2025-05-08